Thursday, August 4, 2011

A journey (part IV-the last)

Setelah summer, fall pun datang. Daun-daun menguning dan memerah, cantik sekali, alam berganti baju untuk kesekian kalinya. Sesi pemotretan kembali berlangsung, mengambil tempat di tumpukan daun-daun yang sudah berguguran, di atas sampah-sampah yang indah :). Di Korea aku mendapat kesempatan untuk travelling ke beberapa kota. Yang pertama aku kunjungi adalah Seoul. Kota metropolitan bernuansa modern dan rapi. Dari Daejeon aku dan teman-teman berangkat menggunakan KTX train, hanya sejam kami sudah sampai. Setelah itu kami membuka peta dan menyusuri jalan menuju Dongdaemun. Ini adalah pasar yang menjual barang-barang khas Korea, ada kipas, ukiran, tatakan, syal, hanbok, gantungan kunci, bros, dan lain sebagainya. Bisa seharian mengelilingi pasar ini sampe puas.

Kemudian kami beranjak ke Myungdong, the place where Korean fashionable youngsters gather. Banyak sekali took-toko baju yang menarik di tempat ini, dan tentunya fashion up to date. Pengunjung tempat ini sejauh mata memandang adalah anak-anak muda yang stylish, dan tokonya pun bermacam-macam, dari yg low end sampai high end, very cool. Kemudian kami masuk ke toko yang sangat cute, menjual bermacam-macam legging unik untuk menghadapi musim dingin dan baju-baju indah yang menurutku sangat cocok untuk dipakai seorang boneka, if Barbie comes alive; she really should visit this store. Kemudian ada pelayan yang menghampiri kami, bahasa inggrisnya fasih dan akhirnya kami pun berkenalan. Ternyata ia adalah seorang mahasiswi yang bekerja paruh waktu sebagai pelayan toko, dan setelah menanyakan asal kami, kami pun berkata bahwa jarang sekali kami bertemu orang Korea yang fasih berbahasa Inggris. Dengan tersenyum dia pun berkata, well I’m not Korean actually. I’m from China, but actually I’m a half Chinese, quarter Mongolian, and quarter Russian. Hehehehe, then we were just looking at each other while laughing; all these combinations just give her Korean look.

Perjalanan pun dilanjutkan menuju masjid di Itaewon. Di Itaewon hampir semua orang bisa berbahasa Inggris, termasuk pedagang kaki lima. Ini adalah tempat yang sangat familiar bagi orang asing, berbagai macam restoran dapat dijumpai di sini, ada India, Pakistan, Vietnam, Cina, bahkan Afrika. Di masjid kami menjumpai beberapa orang Korea yang menjadi mualaf dan sempat berfoto bersama, senang rasanya melihat fenomena tersebut di negeri yang sekuler. Aku jadi teringat temanku sorang sister yang berasal dari Maroko, ia telah tinggal selama lebih kurang sepuluh tahun di Korea, diboyong suaminya yang berkebangsaan Korea yang telah menjadi mualaf. Ia memiliki tiga orang anak yang sangat sopan dan baik, mereka jarang sekali bertengkar dan sangat manis. Perpaduan wajah mereka sangat khas, berwajah Korea namun bermata arab, dan bentuk menarik lain di wajahnya. Ibunya berbicara kepada mereka dalam tiga bahasa, bahasa Korea, arab dan inggris. Aku dan temanku yang pernah berkunjung ke sana takjub dan terheran-heran. Ibu mereka mengakui bahwa tidak mudah beradaptasi dengan budaya yang ada, terkadang timbul rasa sepi. Namun semua semestinya dihadapi dengan ikhlas demi kebahagiaan hidup mereka. Jika teringat mereka, terkadang aku malu untuk mengeluh ataupun menggerutu, betapa hebat contoh yang dapat diberikan Allah kepada hambanya ini.

Perjalanan hari itu diakhiri dengan mengunjungi Namsan/Seoul Tower. Jalan menuju tower tersebut cukup rindang, panjang dan menanjak. Di malam hari tower ini akan berganti-ganti warna, dan ada pendopo khas Korea yang indah di depannya. Sesi pemotretan pun kembali berlangsung, dengan mengambil gambar setiap tower berganti warna :p. Di malam itu kami juga melihat pertunjukkan akrobatik oleh beberapa seniman, dan kembang api yang semarak. Setelah membeli tiket, kami pun menaiki lift menuju puncak tower. Dari jendelanya terlihat pemandangan kota Seoul dengan kerlap-kerlip cahaya keemasan dan sungai Han yang membelahnya.

Teman, mungkin itulah beberapa pengalaman yg bisa kuceritakan mengenai kepergianku ke Korea dulu. Ya, Negara maju itu indah, tetapi aku tidak menemukan adzan di sana sehingga kadang hatiku kering. If some people ask and tell me about how cool is that, well I’m actually just like you. I thank God for giving me the blessing to go there, but I want to make point that you also do great things in our country. There’s no land like our country ^^. When you told me that not so many people get that opportunity, you made me realize that I really have to get better, cause I wanna bring advantages through my life. Jika ini bisa membangkitkan semangatmu, maka tiada terkata rasa senangku. I want you to believe that you can do it. Kesempatan itu tidak datang padaku secara mudah, karena aku pun mengalami berbagai penolakan yang terkadang terasa membelenggu kakiku, tetapi kita sesungguhnya tidak memiliki alasan untuk mundur, karena Allah SWT ingin kita maju, jadi majulah, seberat apapun itu kita harus maju.

Sampai sekarang pun aku masih terus mengalami banyak penolakan untuk memperoleh beasiswa, but this is what makes me grow. It’s OK to feel sad, but we know in our hearts that we have too much courage to give up.  We would like to do good things in our life, so we need to responsible for our failures and efforts. We are given the same opportunities; it’s a matter of time and efforts. Looking for chances, cause you can’t find them if you don’t search. Whisper all fear in your heart to go away, pray to Allah to keep you in the right path and for us not to forget why we’re living in this world for. Then be patience and keep trying. Pada akhirnya adalah menerima takdir dengan ikhlas, and I’m still learning very hard to do all of those things. I’m sure you knew it all ^^, cause I know how wise you are. But this is my effort to encourage you, cause I love you so much my friends. I just want to meet you in your confidence and achievement, cause you’ve tried.

Hidup ini adalah seni bagaimana membuat sesuatu. Dan seni harus dipelajari serta ditekuni. Maka sangatlah baik bila manusia berusaha keras dan penuh kesungguhan mau belajar tentang bagaimana menghasilkan bunga-bunga, semerbak harum wewangian, dan kecintaan di dalam hidupnya. (Dr. Aidh al-Qarni)

{Dan, Dia telah mengajarkan kepadamu apa yang belum kamu ketahui. Dan adalah karunia Allah itu sangat besar} (QS. An-Nisa: 113)

Around Fall-Winter 2008..

No comments:

Post a Comment