Musim pun berganti, summer is arrived. Di musim panas udaranya mirip seperti di Indonesia, namun di Korea lebih kering. Orang-orang sering pergi berenang pada musim ini dan bermain di lapangan. Orang-orang rajin beraktivitas pada musim ini karena pakaian yang digunakan praktis dan cuaca sangat cerah. Sementara menurutku musim ini adalah musim yang sangat biasa, karena sejak aku lahir di Indonesia, aku selalu kepanasan :D. Pantai yang sangat ramai dikunjungi di Korea pada musim ini adalah pantai Haeunde di Busan, dimana sejuta orang bisa memenuhi pantai pada setiap musim panas. Aku sudah pernah mengunjungi pantai ini pada musim gugur di saat tidak banyak orang yang datang. Dan menurutku garis pantai ini relatif pendek, karena aku dapat menyusurinya dalam waktu kurang dari sejam dalam tempo yang sangat lambat. Jadi betapa penuhnya jika sampai sejuta orang berjubel ingin berenang, ck ck ck ck.
OK, let me tell you a little about culture in Korea. Selain hard worker, orang Korea juga terkenal sebagai hard drinker. It’s a common thing to drink with colleague or friends. Beberapa teman Korea pernah mengatakan kepada saya bahwa dengan minum minuman keras, mereka merasa lebih bisa akrab dengan orang yang diajak berbicara, karena segala uneg-uneg bisa dikeluarkan with no hard feeling. Which I don’t exactly know whether it’s true or not, cause it sounds strange for me. Hal itu juga merupakan bentuk penghormatan kepada senior yang telah mentraktir atau membantu mereka selama ini. Yes, seniority is basic thing; seniors are very respected and obeyed. And they have job to train and teach the juniors. It works consistently in their culture with considerations from both parties. Aku pun tak ketinggalan terkena imbasnya, sebagai junior aku patuh terhadap mentorku dan mengikuti semua arahannya, dengan menelan segala rasa yang tidak enak. I was the only and first foreigner in my lab, and it was a challenge to make them understand about the difference. Dengan kedatanganku sebagai orang asing pertama di lab, tentunya atmosfer lab pun menjadi berubah. Ada kekhawatiran besar bahwa aku akan sulit mengikuti budaya dan aturan-aturan tidak tertulis yang ada sehari-hari. I was actually very nervous, but I wanted to prove that I can adapt well. Pertanyaan-pertanyaan yang datang sehari-hari pun bermacam-macam, mulai dari kenapa aku berjilbab, tidak makan atau minum hal-hal tertentu, sampai buah-buahan apa saja yang tumbuh di Indonesia. Ketika aku menjelaskan kepada si A, kemudian si B bisa menanyakan pertanyaan yang sama lagi kemudian aku berikan penjelasan juga, dan akan ada diskusi dari mereka memikirkan kenapa bisa begitu :D, Alhamdulillah kesabaran dan kemampuan berpresentasiku benar-benar terlatih, dan aku berdoa semoga jawaban-jawaban yang aku berikan tidak menyimpang ataupun sok tahu.
Image mereka tentang Indonesia sebenarnya tidak ada yang benar-benar berkesan, tidak banyak yang tahu dimana letak Negara kita atau bahkan ibukotanya. Mereka mengenal Bali, tetapi tidak tahu jika Bali ada di Indonesia, as ussual. Tetapi mereka mengetahui tentang masalah pemboman atau pencurian hasil hutan, sampai terkadang aku berpikir apa memang Negara kita yang sedikit prestasinya atau pemberitaan ke luar memang terlalu berlebihan, atau kedua-duanya. Then it was my job to show them the beauty of our country, that Indonesia is very potential and holds the ability to develop too, just like Korea. But the most important thing is to show that there are always young people who want to do good things for the country, and going abroad to study is just one of the efforts. Kemampuan bersosialisasi sepatutnya memiliki rem-rem yang dapat dipakai untuk menghindari hal-hal yang negatif. Negara asia yang maju dan kebarat-baratan, tentunya memiliki efek-efek globalisasi yang sedikit banyak membebaskan pergaulan orang-orang mudanya. Mau tidak mau yang berada di sana akan menyaksikannya, namun cukup sebagai pelajaran-pelajaran berharga untuk tidak terjerumus ^^. Keep your heart clean and your mind focus.
Summer 2008.....
No comments:
Post a Comment