Thursday, August 4, 2011

A journey (part I)

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi permintaan seorang teman dan semoga akan ada manfaat dari cerita ini. Semoga penulis dan pembaca terhindar dari kesombongan dan kebanggan ataupun hal-hal lain yang dapat diakibatkan oleh tulisan ini. Wallahu’alam bis showab.

Kebahagiaan, kedamaian, dan ketentraman hati senantiasa berawal dari ilmu pengetahuan. Itu terjadi karena ilmu mampu menembus yang samar, menemukan sesuatu yang hilang, dan menyingkap yang tersembunyi. Selain itu, naluri dari jiwa manusia itu adalah selalu ingin mengetahui hal-hal yang baru dan ingin mengungkap sesuatu yang menarik. (Dr. Aidh al-Qarni)

Banyak hal besar dimulai dari hal-hal yang sederhana, begitu juga dengan yang terjadi denganku. Berawal dari sebuah keinginan untuk kuliah ke luar negeri, akhirnya kesampaian juga dan banyak hal yang akhirnya dapat dipelajari dari keinginan sederhana itu.

Started from my graduation year when everyone was trying to get a job, I also did it just to feel as a part of race, but inside me I always knew that I wanted something else. It was going abroad to feel the beauty of study. I never thought about going to Korea, namun takdir Allah yang indah terjadi, dan sampailah aku ke negeri ginseng. Pada penerbangan perdanaku ke luar negeri, rasanya campur aduk, dalam ingatanku masih jelas isak tangis orangtuaku dan semangatku serta kegugupanku mengenai apa yang akan ku hadapi. Musim dingin menyambutku ketika aku keluar bandara.  Tanganku tiba-tiba kaku, ketika itu aku tersadar bahwa aku lupa mengenakan sarung tangan dan kemudian segera mengenakannya. Kemudian aku membeli tiket bus menuju universitas, dan sewaktu memasukkan barang dalam bagasi bus aku terperangah bahwa aku benar-benar tidak memiliki kemampuan komunikasi dalam bahasa Korea. Aku menyadarinya ketika aku meminta bantuan kepada supir bus, yang kemudian dibalasnya dalam bahasa Korea. Alhamdulillah ada seorang ibu yang fasih berbahasa inggris dan bersedia menolongku. Dengan sedikit bertanya selama perjalanan, akhirnya aku sampai di tempat pemberhentian yang tepat, dan segera aku dijemput menuju kampus.

Beberapa hari kemudian aku mengalami salju pertamaku, it was windy, white and beautiful. I enjoyed it inside my thick jacket, boots and gloves. Snow falling can give you a romantic feeling, well at least for me ^^. Then I saw no plant can grow in winter. Every plant turned dry and yellow, covered by snow. The beauty is standing in paint. The nature showed me an irony. Walaupun demikian, kupikir alam secara sadar mengerti mengenai siklusnya, dan mereka pun bersabar menunggu waktu untuk merona kembali.

Waktu belajar pun tiba, dan aku sangat excited mengikutinya. Aku harus beradaptasi dengan situasi di universitas baru dan labku. Then I met that man, a kindhearted man who always let me be myself since I’ve known him. He’s my Professor ^^. Kesan pertamaku ketika bertemu dengannya adalah dia tampak sangat elegan, pria paruh baya yang memiliki gaya seorang gentleman, berbicara dengan sopan dan teratur, selalu tersenyum dan kelihatan sabar. Kenervousanku pun segera mencair dan aku dapat berbincang-bincang dengan lancar. I remember the words he said to me that really can boost my confidence: “I know that this research is not easy to do, but I believe that you can.” When a Professor said that he believes you, then you can never find a reason for not workingJ.

Orang Korea memiliki etos kerja yang sangat tinggi. Merupakan suatu hal yang biasa untuk berangkat ke kampus jam 9 pagi dan pulang tengah malam baik untuk riset maupun belajar from Monday to Friday, and sometimes you have work to do in Saturday and Sunday. Apalagi di musim ujian, banyak sekali yang menginap di lab atau perpus, tidur dengan buku-buku mereka (satu hal yg tidak dapat aku lakukan hingga saat ini), menghabiskan berkaleng-kaleng kopi, benar-benar belajar keras merangkum materi-materi yang cukup banyak atau bisa banyak sekali. Terkadang dicicil dipelajari pun belum bisa selesai, sehingga banyak yang mengorbankan waktu tidurnya. Setelah selesai ujian, maka semua berhibernasi selama dua hari (weekend) di tempat tidur J. Sehingga terkadang kehidupan sosial pun tidak terlalu berjalan dengan lancar, tetapi kita selalu saja bisa mencari teman di kampus sehingga tidak kurang pergaulan. Dengan kerja keras seperti itu untuk kepentingan riset, pendidikan dan kemajuan Negara, tidak heran rasanya jika dalam 20 tahun Korea telah mencapai posisinya sebagai Negara maju. It’s all about hard work, commitment and belief that they’ll succeed. Mereka seperti pasukan semut tentara yang bahu-membahu membangun negaranya, mereka memang tidak terlalu ramah dan terkesan menutup diri, tetapi mereka sangat kuat.

to be continued.....


This story based on experience around the beginning of 2008

No comments:

Post a Comment